27 April 2008
Diamlah...,
Aku sedang merasai kesejukan yang hadir dihatiku
Ketika suara kecil itu mengalun begitu merdu
Seperti malaikat yang melantunkan keindahan surga
Tak kupungkiri hatiku pasti kan terbawa
Damai...., damaikan seluruh jiwaku
Hempaskan beban keresahan di fikirku
Teruslah melaju...!
Ukirlah Harap dan asa di hatimu
Jangan sekalipun tersirat lupa dibenakmu
Aku disini menjadi kawan bagimu untuk berpijak
Mengais segala angan dihatimu
Hingga manisnya angan mulai berujud di sisimu
Begitulah aku,
Mengagumi dan menyayangimu
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
NB : Untuk Gabriel
22 April 2008
12 April 2008
Kukira kau tak kan pernah hadir lagi
Meninggalkanku sendiri diujung rasa ini
Tahukah, aku tergugu sendiri meratapi mimpi
Dalam kesepian yang membekukan hati
Kau adalah nafas dalam jiwaku
Menemani kesendirian yang menderaku
Jajari langkah tertatihku
Hingga aku bisa berlari bersamamu
Hanya padamu akan kulantunkan bisik jiwaku
Berjanjilah, jangan pernah tinggalkan aku...!
11 April 2008
Hari berlalu dalam ketergesaan pilu
Seakan tak menghela nafas meski sekedar untuk meragu
Siang kini tak lagi seanggun dulu
Karena ia terburu pergi bergegas dan berlalu
Hanya Mengharapkan malam yang sekian lama membisu
Namun malam cuma menyisakan kelam yang menggigit hati
Ia Terlalu rindu menyapai embun yang dijatuhkan langit ke bumi
Seolah merasai hangatnya dingin yang dipersembahkan oleh pagi
Waktu kini benar-benar membodohiku
Selalu berjalan mengendap-endap dibelakangku
Tanpa sejenak ku tahu apa yang terjadi denganku
08 April 2008
Akankah asa terakhir ini harus terkikis lagi
Meninggalkan jasad yang kini mulai mati
Apa yang ada dibalik ujung takdir itu ?
Terselubung tirai pengap membisu
Mungkinkah kekosongan haru seperti dulu
Atau raihan tawa yang lama tak menghinggapiku
Ataukah semua tak ubahnya seperti bayang semu
Yang tak tahu harus kuhempas atau kubawa berlalu
Hingga kini langkahku sudah membeku
Tapi tak sejenakpun ujung takdir menyapaku
Ataukah waktu memang sengaja menyembunyikan ujung takdirku ?
07 April 2008
Nak,
Lihatlah langit diujung sana
Tempat mimpi kita mulai berpijak
Jagalah ia tetap dalam singgasananya
Tak terusik tangan-tangan kasar yang menerpa
Nak,
Jika kau telah sampai lebih dulu disana
Ingatlah, itu adalah mimpi kita berdua
Mimpi yang terbalut dari peluh dan asa
Tentang kasih dan harapan mulia
Nak,
Jika waktu memang belum mengizinkan kita menggapainya
Janganlah kau bersedih dan putus asa
Tetesan peluh kita takkan pernah sia-sia
Karena tinta emas berbesar hati mau menggoreskan nama kita disana
Nak,
Mimpi tak harus terwujud hanya dari tangan kita
Ia memang seperti semburat halus yang sulit diterka
Maka jika saatnya tiba
Jangan ragu meletakkan mimpi kita padanya
Nak,
Yakinlah, pada saatnya nanti kita akan tersenyum bahagia
Menapaki mimpi kita yang berubah jadi nyata
Semoga...!
06 April 2008
Aku hanyalah makhluk kerdil
Tanpa kata
Enggan untuk bersuara
Bukan aku tak tahu dunia luar sana yang menertawaiku
Menohok begitu dalam kebebasanku
Atau mencincang jati diriku
Tapi untuk apa aku mesti bersuara ?
Jika yang mendengar hanyalah setan berhati batu
Biar mereka tak henti menusukku
Karena ini adalah perjuangan hidupku
Biarkan semua ini berakhir dan berlalu
Tertiup hembusan angin kebenaran seperti dulu
Hingga teriakan mereka akan menjadi diam
Tertelan oleh malam-malam yang selalu mendengar
Sebuah bisikan dalam hatiku
04 April 2008
Termangu aku terdiam dalam sebuah kesendirian
Meskipun tanpa bergelayut irama kebosanan
Dibelakangku, sebuah bisikan membahana,
"Mengapa engkau terpaku sendiri dalam keramaian ini ?"
Ketika kuhampiri, suara itu sudah tenggelam
Aku pun tertunduk lesu memaknai suara-suara itu
"Kapankah engkau akan mengakhiri kesepian ini ?"
Suara itu datang lagi, meski kali ini terlalu lirih
'Wahai sahabat, siapa sebenarnya dirimu ?'
Teriakku dalam suara parau
"Ha...ha...ha... sekian waktu aku selalu mengiringi langkahmu Tetapi engkau tidak paham siapa aku ? Sungguh bodoh engkau ?"
Tawa sinis itu kini membahana dalam ruang jiwaku
"Aku adalah makhluk dalam senyap dan jiwa-jiwa yang berselimutkan sunyi, Tidakkah engkau sadar ?"
Akhirnya suara itu pergi berbaur dengan gemuruh angin barat
Dan pelan-pelan aku menyadari
Kini aku terjebak dalam dunia sepi
Meskipun tanpa bergelayut irama kebosanan
Dibelakangku, sebuah bisikan membahana,
"Mengapa engkau terpaku sendiri dalam keramaian ini ?"
Ketika kuhampiri, suara itu sudah tenggelam
Aku pun tertunduk lesu memaknai suara-suara itu
"Kapankah engkau akan mengakhiri kesepian ini ?"
Suara itu datang lagi, meski kali ini terlalu lirih
'Wahai sahabat, siapa sebenarnya dirimu ?'
Teriakku dalam suara parau
"Ha...ha...ha... sekian waktu aku selalu mengiringi langkahmu Tetapi engkau tidak paham siapa aku ? Sungguh bodoh engkau ?"
Tawa sinis itu kini membahana dalam ruang jiwaku
"Aku adalah makhluk dalam senyap dan jiwa-jiwa yang berselimutkan sunyi, Tidakkah engkau sadar ?"
Akhirnya suara itu pergi berbaur dengan gemuruh angin barat
Dan pelan-pelan aku menyadari
Kini aku terjebak dalam dunia sepi
Pada saatnya,
Senja akan hadir dan berkata
Bercerita tentang indahnya dunia
Ia akan selalu bertutur
Hidup bukan hanya lelah dan dahaga
Masih ada sekejap bahagia yang perlu dirasa
Untuk itukah kau hadir, wahai senja ?
Menerangi kekosongan yang menyergap dihati para perindumu
Sekedar menyampaikan salam kasih yang tersirat untukmu
Senja, aku akan menunggumu...
Baru kau sadari ada sesuatu yang hilang darimu
Tanyakan pada angin
Apakah ia merasa kehilangan ?
Ketika ia berpisah dengan badai
Tanyakan pada laut
Apakah ia merasa kehilangan ?
Ketika ia harus pergi berpisah dengan pesisir pantai
Tanyakan pada mentari
Apakah ia merasa kehilangan ?
Ketika tenggelam meninggalkan bumi di ufuk barat
Perpisahan ini,
Jika dirasa akan semakin terasa menyakitkan
Untuk itu janganlah engkau terlalu merisaukannya
Ingatlah,
Dibalik semua ini
Ada satu mutiara terendap dalam jiwa
Yang membuktikan bahwa kau selalu merindukannya
Tanyakan pada angin
Apakah ia merasa kehilangan ?
Ketika ia berpisah dengan badai
Tanyakan pada laut
Apakah ia merasa kehilangan ?
Ketika ia harus pergi berpisah dengan pesisir pantai
Tanyakan pada mentari
Apakah ia merasa kehilangan ?
Ketika tenggelam meninggalkan bumi di ufuk barat
Perpisahan ini,
Jika dirasa akan semakin terasa menyakitkan
Untuk itu janganlah engkau terlalu merisaukannya
Ingatlah,
Dibalik semua ini
Ada satu mutiara terendap dalam jiwa
Yang membuktikan bahwa kau selalu merindukannya
03 April 2008
Selamatkan mimpiku
Kutaruh di kolong waktu
Tentang kepingan hidupku yang berlalu
Tak ada jalan lagi
Setiap detik hanyalah keengganan kosong yang mendaki
Hanya liku terjal penghancur mimpi
Rentang sayapku pun kini telah beku
Meratapi kekosongan yang mulai melagu
Kini tertunduk dan tergugu menatap sendu
Selamatkan mimpiku....!
Aku ada disini
Di bawah naungan langit bergelayut mendung putih
Di antara cakrawala pada sudut-sudut senja
Aku ada disini
Berusaha untuk bercerita menumpahkan segala rasa
Tentang rasa sakit yang menggelora dalam jiwa
Aku masih disini
Menatap lorong-lorong sunyi tentang bait-bait sepi hidup ini
Yang selalu berlalu dan tak bisa kupahami
Ketika senja pergi
Sempat aku berpikir
Apakah esok aku masih disini
Ayat sepi menyapa
Melalui tiupan lembut angin utara
Membisikiku adanya gerbang sunyi
Tanpa cahaya
Tanpa suara
Hening.....!
Ataukah dunia telah berubah bisu
Atau aku yang sudah tuli
Mimpi ini begitu menakutkan
Berpijak sendiri pada ranting-ranting kesepian
Hanya senyap yang berbisik
Menertawakan kesendirianku...
Melalui tiupan lembut angin utara
Membisikiku adanya gerbang sunyi
Tanpa cahaya
Tanpa suara
Hening.....!
Ataukah dunia telah berubah bisu
Atau aku yang sudah tuli
Mimpi ini begitu menakutkan
Berpijak sendiri pada ranting-ranting kesepian
Hanya senyap yang berbisik
Menertawakan kesendirianku...
Subscribe to:
Posts (Atom)