13 December 2009

Malaikat Kesepian



Ini sekilas nyanyian sendu
Ketika semua t'lah pergi berlalu
Hanya retas kesepian menjamah anganku


Mungkin seperti ini garis dihidupku
Hanya melakoni tokoh sebagai malaikat dihidupnya
Menemani relung jiwa yang resah
Meredakan amarah dan kegalauan mereka

Setelah itu, mereka pergi tak bersisa
Terbang hilang dengan senyum barunya


Meninggalkan segala tanya dibenakku


Sudah itu,
Kesepian lagi yang kurasa
Kusut masai Seperti biasanya


Apakah langit tak pernah mengira
Aku juga ingin ditakdirkan memiliki rasa
Bukan hanya kesepian semata

Terlalu naif,
Aku juga ingin menumpahkan rasa
Bukan hanya terbang berpura-pura
Tersenyum seolah-olah tak terjadi apa-apa

18 November 2009

Sajak Rindu


"kau seperti nyanyian dalam hatiku yang memanggil rinduku padamu..." (*)



Dengarkah kau wahai adikku
Senandung rindu yang selalu terucap dari hatiku
Saat kujumpai kau tak lagi menjadi teman dalam sepiku


Mungkin
Semua tak kan pernah bisa kumengerti
Ternyata kebahagiaan itu hanya sekejap mimpi


Aku terlalu merindui kehadiranmu
Hingga kujalani hidup ini penuh ragu


Mungkinkah itu pula yang kau rasa saat ini ?


Sampai kapan hati kita akan selalu bertautan
Mungkin hingga terbersit rasa enggan
Pernahkah rindu ini bisa aku lepaskan
Jika kau tak pernah beranjak dari angan-angan



(*)Bait dalam lagu Dealova - Once

29 September 2009

Lelapkan Aku Malam Ini


Saatnya,
Aku ingin terlelap malam ini
Aku ingin mengingatnya dalam mimpi
Aku ingin kedamaian di jiwa ini

Sejenak,
Harus kulupakan bisikan hatiku sendiri
Tak ingin ini semakin membebani
Menyudutkan aku dalam pengap tak terpahami

Lupakan,
Kesepian hari ini tak kan ada di esok hari
Semua keresahan kan pergi
Tak akan lagi menghantui

Peri tidur,
Tuntun langkahku ke alam mimpi
Semoga kudapati esok lebih baik lagi
Tak ada keluh kesah luapan emosi

Tidak lagi

15 September 2009

Aku benci



Wahai angin,
Berkatalah padaku
Aku ini siapa ?
Makhluk dari mana sebenarnya ?

Apa aku tercipta hanya untuk menangis di dunia
Coba katakan, derita apa yang belum pernah kurasa
Mereka hanya menyisakan hati yang penuh luka

Seandainya bisa
Aku ingin menerkam dunia
Mencabik-cabiknya hingga tak bersisa

Ia telah membunuhku
Saat aku belum tahu siapa diriku
Bagiku, dunia ini hanya liarnya nafsu
Menghantui hati-hati yang membatu

Masih adakah malaikat dalam cerita-cerita kecilku ?
Tidak, tak pernah ada

Aku tak percaya
Uluran tangan mereka tak nyata

Tapi,
Lihat wanita diujung sana
Dia melambaikan tangan ingin bercengkerama
Ah, dia akhirnya hanya akan membuangku
Seperti ibuku menelantarkanku

Tapi tunggu,
Lihat mereka berdua diujung sana
Mereka menawarkan kisah yang penuh suka
Ah, mereka hanya akan mencampakkanku
Seperti orang tuaku tak mengakuiku

Ah sudahlah,
Aku benci tangisan ini
Aku tak ingin merajuk lagi




*gambaran kesedihan anak-anak seperti Sheila dan Alejo (Novel : Sheila, Kenangan Yang hilang - Torey Hayden)

24 August 2009

Tentangnya (Abdi Surga)



Ruang kosong dihatiku
Tak henti-hentinya menderu
Memanggil sesuatu yang aku tak pernah tahu

Tentangnya,
tapi siapa dirinya ?

Dia hidup di relung hatiku
Membayangi sudut-sudut sepiku

Tapi mengapa tak pernah bisa kulukiskan tentang dirinya ?

Hanya sepenggal kisah saja
terucap dari mereka yang mengasihinya
Namun itu tak pernah cukup bagiku
Dahagaku masih menyertaiku

Mungkin aku gila telah mengenangnya
Tapi kenangan yang seperti apa ?
Bahkan aku tak tahu namanya

Tapi itu yang kurasa
Benar-benar kurasa
Bahkan aku rela mati karenanya

Satu bait tanya yang kuutarakan pada Sang Pencipta
'Mengapa tak sempat Kau pertemukan aku dengannya ?'


............

*Setelah sekian lama, kini aku menemukannya,
Tapi ia tak berkata
Begitu heran dirinya
Melihat kesedihanku yang begitu nyata
Ohhhh... semoga kau tenang disisi-Nya, wahai abdi surga

16 August 2009

Ayunan Terlupakan


Ayunan di pesisir pantai itu kini sepi
Tak berpenghuni
Atau bahkan tak punya jiwa lagi

Hanya sesekali ia mengikuti irama hembusan angin laut
Berayun letih tanpa peduli apa yang membuatnya begitu hanyut

Seperti inilah bisik hatinya.....

Kini semua hanya luka terpendam tak terkata
Namun kenapa tak mereka ungkit saja
Agar aku tahu apa yang sebenarnya mereka rasa

Langit senja telah menganggapku gila
Tiap hari tak hentinya aku meratapi kepergiannya
Namun memang begini adanya
Untuk apa aku menutupinya

Hatiku sedih tak terkira
Ketika tawa kecil keduanya lenyap begitu saja
Tanpa sempat mereka menyatukan impian-impiannya
Padahal bukankah mereka satu rasa ?

Kemarin,
Mereka datang padaku
Tapi tidak bersama-sama, cuma sendiri-sendiri saja
Menumpahkan kata hati pada diriku yang tak bisa berkata-kata

Lagipula aku bisa berbuat apa
Aku kini hanya teman saat mereka berduka
Atau aku ikut menangis saja

Aku rindu dengan aku yang dulu
Bersama keduanya saat mereka tertawa
bercerita tentang semuanya
Meskipun waktu itu aku cuma membisu saja
Namun setidaknya ada yang bisa kuceritakan pada langit senja
Saat mereka tertawa



..... begitulah yang aku rasa saat memandangnya
Ketika aku berangsur hilang diujung cakrawala
Saat malam mulai tiba



*footnote : rangkaian kata yang sempat aku fikirkan saat melihat salah satu scene dalam "Anne Van Jogja"

12 July 2009

Pelipur Lara


Nak,
Langit tak akan runtuh begitu saja
Meski angin begitu kencang menerpa
Memporak-porandakan semua
Lihatlah, seolah langit tak beranjak dari tempatnya

Boleh saja kau tertawa
Atau acuhkan saja
Tapi dunia dibuat dengan tiang-tiang-Nya
Begitu juga dirimu

Nak,
Laut tak kan mengering begitu saja
Meski kemarau telah mematikan semua
Hingga semak pun tak bisa menopang hidupnya
Lihatlah, laut tak surut dengan kelakuan musim
Bahkan seolah ia tak peduli kehadirannya

Boleh saja kau tertawa
Atau acuhkan saja
Tapi dunia dibuat dengan tiang-tiang-Nya
Begitu juga dirimu

Nak,
Jika kau butuh pelipur lara
Ingatlah, aku disini bersamamu




*untuk anggie

15 June 2009

Suatu Hari Kesedihan Itu Pasti Akan Pergi


(Suatu hari Di Istana Kesedihan)
......
Kuketuk gerbang istanamu
Biarkan aku jadi bagian tempat ini
Hidupku selalu dirundung duka
Tak pernah lagi ada canda dan tawa
Bahkan satu-satunya kebahagiaanku telah direnggutnya
Terimalah aku sebagai penghuni istana ini
Aku mohon padamu wahai Sang Ratu


(Suatu hari dalam benak seorang manusia)
.......
Sungguh tak kusangka
Semua berlalu begitu mudahnya
Walaupun tetap saja kau pergi
Meninggalkanku sendiri
Tapi kau pergi dengan tawa
Tanpa sedikitpun air mata

Mungkin saja kau merasa kehilangan
Sebesar rasaku saat melepasmu
Tapi sungguh,
Kau lebih bisa menahan gejolak hatimu
Daripada pertarunganku dengan batinku

Kini, saat aku teringat kesedihan kala itu
Aku hanya akan berujar 'sungguh bodoh'
Dia tak akan pergi kemana
Dia tak akan menghilang begitu saja
Dia akan tetap menghadirkan rasa
Karena hatiku selalu bersamanya


(Suatu hari Di Gerbang Istana Kesedihan)
.....
Wahai, Ratu Istana Kesedihan
Aku harus meninggalkan tempat ini
Jangan berusaha menahan kepergianku
Penguasa alam menghendakiku singgah bukan ditempatmu
Ternyata Ia masih menyayangiku

12 May 2009

ia telah pergi


Akankah akhirnya aku kan menyadari
Resah yang begitu melelahkan ini
Ketakutan meluluhlantakkan hati
Saat kau harus pergi dari sisi

Salahkah jika aku merasa kecewa
Akan takdir yang begitu gigih memisahkan kita

Harus kutaruh dimana kasih dijiwaku
Bila kau tak lagi disana
Haruskah kuterbangkan lantunan rindu pada angin lalu
Atau kan kubiarkan saja hatiku meranggas terbujur kaku

Entah,
Mengapa hatiku melemah lagi
Semakin aku takut kehilanganmu
Pernahkah kau pikir tentang hatiku

Ingin kutepis kerinduanku
Bahkan ingin kumelupakanmu
Tapi bayangmu kian lekat dibenakku

Mungkinkah akhirnya aku akan tahu
Arti sajak-sajak kepergianmu

Pisah



"hey...pernah kukatakan dalam hati
mencoba untuk menikmati semua yang terjadi
hey....ternyata sangat melelahkan
harus kuhadapi kenyataansendiri tak bersamamu"
(*)


Aku mencoba melupakanmu
Namun tak kuasa pula bisa kutepis kesedihanku

Sungguh, aku terlalu menyayangimu

Bagaimana akan kulukiskan senyum untuk dunia
Jika tak pernah lagi ada dirimu disana

Sungguh, itu sangat menyiksa jiwa

Haruskah kau pergi dari hadapku
Mengikis asa yang tumbuh dihadapku

Sungguh, sanggupkah aku

Jika hanya kata yang bisa kau tinggalkan untukku
Maka berjanjilah jangan pernah melupakanku



----selamat jalan, senja----





NB : (*) ==> adalah penggalan lirik lagu 'hey' yang dinyanyikan oleh ipang dan sheila marcia dalam film tentang cinta

28 February 2009

Sleep Paralysis


Masihkah kuinjakkan kakiku di muka bumi ini
Ataukah aku sudah menghirup bau surgawi ?

Tak kusangka aku masih tergolek di ranjang ini
Terbujur kaku antara hidup dan mati

Fikirku melayang entah kemana
Halusinasi menyergap meronta-ronta
Terbayangi sesuatu entah apa
Mencipta ketakutan merasuk relung jiwa

Sementara jasadku seperti meregang nyawa
Bernafas sedikit saja aku tak bisa
Tenggelam dalam cekikan tangan tak kasat mata

Kenapa tidak kau bunuh saja ?
Tanpa harus kau siksa begitu rupa
Atau kumohon biarkan aku bernafas lega

Terjal


Biarkan saja
Peduli apa dengan mulut manusia
Mereka hanya bisa mencerca
Tak bisa menelusuri perjuangan dalam jiwa

Anggap saja mereka hanya seonggok bara
Kadang terpakai, tapi tak ada salahnya ditinggal begitu saja

Tak usah kau risaukan
Waktu yang akan menjawab segalanya

Jangan lupa,
Jalan terjal masih menganga di ujung sana
Harus bisa berkelit berusaha sekuat tenaga

Ingat,
Peluh dan darah tak kan pernah mengucur sia-sia
Ada harapan nyata di depan mata kita

Saat itu kau bisa tertawa
Diatas kekaguman dan penghinaan mereka

23 January 2009

untitled


Aku selalu merasa
Hatimu tak lagi berdiri disini
Telah pergi

Entah dimana ruang pengap itu menyekap hati dan rasamu
Mungkin ia telah menyapu habis ingatan-ingatanmu

Dulu kita masih searah
Langkah kaki kita sejajar
Tangan kita tak pernah lepas bergandengan
Bahkan hati pun selalu bertautan

Lupakah dirimu
Tentang kisah yang telah kita toreh kala itu
Saat kita harus meremukkan duka mengusirnya entah kemana
Saat berusaha keras mendapatkan satu senyum kebahagiaan saja

Ingat,
Kepura-puraanmu yang palsu
Tak kan pernah bisa menipuku

Biarkan saja keadaan ini berlalu
Waktu sudah punya caranya sendiri bagaimana ia melaju

Tinggal kita yakini saja
Kisah ini akan punya akhir bahagia
Asalkan kita masih mengharapnya

17 January 2009

insomnia


Mari luruhkan malam ini
Menyapa pintu pintu kecil alam mimpi
Merebahkan keresahan yang enggan pergi

Tapi mengapa mata ini beranjak sendiri
Menerawang kegelisahan seharian tadi
Tak menghiraukan hati dan fikir yang ingin menepi
Terlepas sejenak dari pusaran keruh hari ini

Detik berlalu,
Tapi peri tidur tak juga membawaku

--Aaarrghh, kenapa tidak kuhitung bintang saja--

Berharap mata kian akrab dengan lelah
Takkan ada gelisah
Lagipula, mencoba tidak pernah salah
......
.........
...........
.. .. .. ....
Berapa bintang yang sudah terhitung ?
Seratus tiga belas...?
Bukan....! seratus tujuh belas...??
Bukan juga...! salah semua....
--kenapa tidak diulang dari awal ?--
Maaf aku bukan orang gila yang mengorek sampah untuk ke sekian kalinya


--kenapa tak coba mengkhayal tentang domba, lalu menghitungnya ?--
Iya, boleh dicoba
Tapi sebentar, di metropolitan ini tak lagi ada domba
Atau aku harus pergi ke desa dulu untuk melihatnya ?
Ahh... tapi aku pasti akan bersapa denga petani pemilik domba
Kuurungkan saja, aku takkan kuat melihat hidup mereka
Bukankah di negeri ini, petani benar-benar sebagai rakyat jelata ?
Padahal mereka memanjakan perut kita semua
--Ahh... pikiranku ngelantur kemana-mana--
--Sudah, lupakan saja tentang domba--


Sekarang apa ya??

--Mengapa tidak dengarkan musik saja?--
Iya, kenapa tidak berpikir tentang musik dari tadi
Bukannya dari dulu aku berslogan Music : escape of my life
..
Tapi musik sekarang terlalu kacangan
Kata banyak orang, hanya asal bunyi saja
Lagipula pembajakan begitu luar biasa
Negeri ini memang ada-ada saja
Untuk sesuap nasi saja harus saling jegal
So, stop piracy saja
Hargai hak-hak mereka
--Ahh..kenapa jadi iklan layanan masyarakat ?--

Bingung..! Bingung..!!
Katakan aku mesti berbuat apa...?

--bicarakan tentang esok hari saja--
Hmm...boleh juga
Besok aku bangun jam setengah lima
Mencuci baju... menyeterika.... trus...
--eits tunggu... kemana istri atau pembantumu ?--
Huss, aku belum beristri
Jadi semua kulakukan sendiri
Pembantu ...?? apalagi.
Dompet saya tak terlalu tebal
Lagipula saya tak mau sedikit sedikit musti pembantu
Bersih-bersih, pembantu
Ke pasar, pembantu
Tutup pintu aja musti pembantu
Makan tak bisa tanpa pembantu
Jaga anak harus pembantu
Apa kita mau disebut 'bayi gaya baru'
Begitu mubadzirkah Tuhan mencipta kita sebagai manusia sempurna ?
Yeahhh, kenapa jadi kultum ba'da shubuh..??

Ahhh... lihat sudah jam tiga pagi
Ayo tarik selimut sampai ke pipi
Jangan pikirkan apa-apa lagi
Rasakan saja nafas peri tidur menghela mimpi

....zzzz ...zzz...zz..zzzzz...

(Tiba-tiba lirih adzan Shubuh bergema)

Aku bangun tiba-tiba
Tergesa memandang cermin diujung sana
Sempat tertidurkah aku ?
Tanyaku pada sosok bayangan disana
Tapi ia hanya menjawab dengan hitamnya kantung mata
Lalu ia balik berkata "kamu telah tahu jawabnya"

Ahh.. malam ini begitu panjang dan menyebalkan.

03 January 2009

Transisi


Ini hanya sebuah transisi waktu
Tak ubahnya seperti hari-hari yang lalu
Saat malam berjalan beriringan berganti pagi yang membiru

Aku hanyalah saksi betapa sepinya malam ini
Terdiam diantara hingar bingar kehidupan manusia yang penuh tawa
Entah apa yang mereka rasa ?

Bagiku,
Ini tak lebih dari sebuah fatamorgana usang
Berdalih dengan harap dari pergantian sebuah angka
Padahal ia bisa menjawab apa ?

Tak ada yang berubah saat ia berlalu
Hanya euforia yang sedikitpun tak ku mau
Sejengkal saja menyisakan keangkuhan baru
Semacam kamuflase tentang kegigihan
Tercipta diatas hati yang telah beku

Transisi ini hanya memiliki satu arti
Semakin dekat waktu untukmu beranjak pergi

Sketsa Sang Kembar



Serupakah kau
Dua malaikat penjaga hatiku
Saat harus kulalui getir dan tawa
Diantara lirih takdir yang tak bersuara

Dua makhluk yang berbeda
Meski dalam angan-anganku adalah sama
Bahkan dari mata mimpi
Yang menyeruak kala malam tiba

Apa kalian hanya tersekat dari sebuah cermin tak kasat mata
Mungkin juga pandangan mata selalu menipu hatiku yang mulai terluka

Dirinya bukanlah fatamorgana tentangmu
Kamu juga bukan bayang-bayang yang menyertai keindahannya
Tapi mengapa aku begitu sulit menerka
Tentang dirimu dan dirinya