23 January 2009

untitled


Aku selalu merasa
Hatimu tak lagi berdiri disini
Telah pergi

Entah dimana ruang pengap itu menyekap hati dan rasamu
Mungkin ia telah menyapu habis ingatan-ingatanmu

Dulu kita masih searah
Langkah kaki kita sejajar
Tangan kita tak pernah lepas bergandengan
Bahkan hati pun selalu bertautan

Lupakah dirimu
Tentang kisah yang telah kita toreh kala itu
Saat kita harus meremukkan duka mengusirnya entah kemana
Saat berusaha keras mendapatkan satu senyum kebahagiaan saja

Ingat,
Kepura-puraanmu yang palsu
Tak kan pernah bisa menipuku

Biarkan saja keadaan ini berlalu
Waktu sudah punya caranya sendiri bagaimana ia melaju

Tinggal kita yakini saja
Kisah ini akan punya akhir bahagia
Asalkan kita masih mengharapnya

17 January 2009

insomnia


Mari luruhkan malam ini
Menyapa pintu pintu kecil alam mimpi
Merebahkan keresahan yang enggan pergi

Tapi mengapa mata ini beranjak sendiri
Menerawang kegelisahan seharian tadi
Tak menghiraukan hati dan fikir yang ingin menepi
Terlepas sejenak dari pusaran keruh hari ini

Detik berlalu,
Tapi peri tidur tak juga membawaku

--Aaarrghh, kenapa tidak kuhitung bintang saja--

Berharap mata kian akrab dengan lelah
Takkan ada gelisah
Lagipula, mencoba tidak pernah salah
......
.........
...........
.. .. .. ....
Berapa bintang yang sudah terhitung ?
Seratus tiga belas...?
Bukan....! seratus tujuh belas...??
Bukan juga...! salah semua....
--kenapa tidak diulang dari awal ?--
Maaf aku bukan orang gila yang mengorek sampah untuk ke sekian kalinya


--kenapa tak coba mengkhayal tentang domba, lalu menghitungnya ?--
Iya, boleh dicoba
Tapi sebentar, di metropolitan ini tak lagi ada domba
Atau aku harus pergi ke desa dulu untuk melihatnya ?
Ahh... tapi aku pasti akan bersapa denga petani pemilik domba
Kuurungkan saja, aku takkan kuat melihat hidup mereka
Bukankah di negeri ini, petani benar-benar sebagai rakyat jelata ?
Padahal mereka memanjakan perut kita semua
--Ahh... pikiranku ngelantur kemana-mana--
--Sudah, lupakan saja tentang domba--


Sekarang apa ya??

--Mengapa tidak dengarkan musik saja?--
Iya, kenapa tidak berpikir tentang musik dari tadi
Bukannya dari dulu aku berslogan Music : escape of my life
..
Tapi musik sekarang terlalu kacangan
Kata banyak orang, hanya asal bunyi saja
Lagipula pembajakan begitu luar biasa
Negeri ini memang ada-ada saja
Untuk sesuap nasi saja harus saling jegal
So, stop piracy saja
Hargai hak-hak mereka
--Ahh..kenapa jadi iklan layanan masyarakat ?--

Bingung..! Bingung..!!
Katakan aku mesti berbuat apa...?

--bicarakan tentang esok hari saja--
Hmm...boleh juga
Besok aku bangun jam setengah lima
Mencuci baju... menyeterika.... trus...
--eits tunggu... kemana istri atau pembantumu ?--
Huss, aku belum beristri
Jadi semua kulakukan sendiri
Pembantu ...?? apalagi.
Dompet saya tak terlalu tebal
Lagipula saya tak mau sedikit sedikit musti pembantu
Bersih-bersih, pembantu
Ke pasar, pembantu
Tutup pintu aja musti pembantu
Makan tak bisa tanpa pembantu
Jaga anak harus pembantu
Apa kita mau disebut 'bayi gaya baru'
Begitu mubadzirkah Tuhan mencipta kita sebagai manusia sempurna ?
Yeahhh, kenapa jadi kultum ba'da shubuh..??

Ahhh... lihat sudah jam tiga pagi
Ayo tarik selimut sampai ke pipi
Jangan pikirkan apa-apa lagi
Rasakan saja nafas peri tidur menghela mimpi

....zzzz ...zzz...zz..zzzzz...

(Tiba-tiba lirih adzan Shubuh bergema)

Aku bangun tiba-tiba
Tergesa memandang cermin diujung sana
Sempat tertidurkah aku ?
Tanyaku pada sosok bayangan disana
Tapi ia hanya menjawab dengan hitamnya kantung mata
Lalu ia balik berkata "kamu telah tahu jawabnya"

Ahh.. malam ini begitu panjang dan menyebalkan.

03 January 2009

Transisi


Ini hanya sebuah transisi waktu
Tak ubahnya seperti hari-hari yang lalu
Saat malam berjalan beriringan berganti pagi yang membiru

Aku hanyalah saksi betapa sepinya malam ini
Terdiam diantara hingar bingar kehidupan manusia yang penuh tawa
Entah apa yang mereka rasa ?

Bagiku,
Ini tak lebih dari sebuah fatamorgana usang
Berdalih dengan harap dari pergantian sebuah angka
Padahal ia bisa menjawab apa ?

Tak ada yang berubah saat ia berlalu
Hanya euforia yang sedikitpun tak ku mau
Sejengkal saja menyisakan keangkuhan baru
Semacam kamuflase tentang kegigihan
Tercipta diatas hati yang telah beku

Transisi ini hanya memiliki satu arti
Semakin dekat waktu untukmu beranjak pergi

Sketsa Sang Kembar



Serupakah kau
Dua malaikat penjaga hatiku
Saat harus kulalui getir dan tawa
Diantara lirih takdir yang tak bersuara

Dua makhluk yang berbeda
Meski dalam angan-anganku adalah sama
Bahkan dari mata mimpi
Yang menyeruak kala malam tiba

Apa kalian hanya tersekat dari sebuah cermin tak kasat mata
Mungkin juga pandangan mata selalu menipu hatiku yang mulai terluka

Dirinya bukanlah fatamorgana tentangmu
Kamu juga bukan bayang-bayang yang menyertai keindahannya
Tapi mengapa aku begitu sulit menerka
Tentang dirimu dan dirinya